Perfeksionisme di dalam Rumah

Suami saya lahir dan dibesarkan ditengah keluarga yang disiplin dan sangat menjaga kebersihan dan kerapian rumah. Keluarga besar suami (keluarga besar dr nenek) terutama yang paling menonjol adalah ibu mertua saya yang merupakan tipe pembersih tingkat tinggi dan menurut saya, beliau adalah seorang yang perfeksionis. Begitu juga dengan saudara saudara ibu mertua saya yang juga sangat memperhatikan kebersihan dan kerapian rumah. Dan selama ini belum pernah saya temui orang tipe perfeksionis sebagaimana halnya ibu mertua, Ibu yg saya sayangi dan perlakukan layaknya ibu kandung sendiri.
Ibu mertua saya adalah sosok seorang ibu dan juga istri yg bisa menghandel semua pekerjaan rumah tangga dgn baik dan hasil yang wow. Tak ada waktu untuk bermalas-malasan, juga jangan menunda
pekerjaan, itulah prinsip ibu mertua saya yang kemudian menginspirasi saya dalam mengerjakan tugas rumah harian. Ditambah lagi keistiqomahan beliau dalam beribadah membuat saya selalu terinspirasi dalam banyak hal, tak jarang juga merasa kalah telak soal ibadah.
Berada didalam rumah mertua saya membuat saya terkesima akan betapa bersih dan rapinya rumah mertua saya. Bahkan semua barang2 tertata sangat teratur, dan ketika ada satu barangpun yang bergerser dari posisi semula, ibu mertua saya akan mengetahuinya dan segera memposisikan sebagaimana awalnya. Dari situ saya jadi merasa bahwa rumah saya berantakan dan tdk teratur, jauh dr kata sempurna meskipun beberapa orang yg mengunjungi rumah kami mengatakan sebaliknya.
Tak heran jika suami saya juga perfeksionis seperti halnya sang ibunda. Karena suasana rumah yang selalu rapi dan bersih sudah menjadi kebutuhan yang bisa menentramkan pandangan dan pikiran suami saya. Dan memang fakta bahwa keadaan rumah yang berantakan bisa mengacaukan pikirannya dan membuatnya tidak nyaman untuk berlama-lama didalam rumah.
Saya yang dulu tidak begitu memperhatikan masalah kerapian, sejak menikah menjadi belajar utk lebih rapi dan bersih meskipum belum bisa seperti ibu mertua saya. Dan lama lama,  sayapun menikmati peran sebagai istri yang bersuamikan orang tipe perfeksionis. Meskipun jadi jarang bisa malas-malasan, meskipun jadi ga bisa semau gueh kalau dirumah dan meskipun jadi lebih capek karena harus segera membereskan hal-hal yg berserak dan kotor, namun saya menikmati hasil yg didapat, anak-anakpun terbiasa dengan "kecerewetan" kami terutama masalah sampah dan membereskan sendiri kekacauan yg dibuat. Dan anak-anak juga menjadi terbiasa dan sadar untuk selalu menjaga kebersihan dan hidup dengan lingkungan yang bersih. 
Meskipun suami saya tdk menuntut utk menyelesaikan semua pekerjaan tepat waktu, tapi saya ingin bisa menyenangkan pandangannya dengan kondisi rumah yg suami saya inginkan. Yah., meskipun tidak bisa sesempurna ibunya.
Dan karena tugas istri adalah taat kepada suami dalam hal kebaikan, maka perintah dan keinginan suami harus saya turuti selama saya mampu mengerjakannya.
Intinya, bagaimanapun kondisi rumah, mau kotor atau bersih, rapi atau berantakan, teratur atau tidak, itu tak menjadi masalah asalkan suami ridha dengan keadaan tersebut.
Namun bagi saya pribadi ada baiknya jika anak-anak dibiasakan untuk hidup bersih sejak dini agar anak-anak terbiasa turut serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan sehingga kelak tumbuh menjadi seorang muslim yang menjaga kebersihan pakaian dan tempat tinggal yang pada akhirnya akan membentuk citra bahwa orang Islam itu cinta kebersihan dan tidak jorok.
Dan yang terpenting, bagaimana caranya agar menjadikan rumah sebagai tempat ternyaman bagi keluarga dimana anak-anak mendapatkan pendidikan dasar yg baik dalam hal akhlak, kemampuan dasar dan berbagai ibadah yg seharusnya sudah mulai diajarkan kepada anak sejak dini. Juga, apa gunanya rumah yang indah jika dalamnya seperti kuburan: sepi dari berbagai kegiatan ibadah dan lantunan Alquran.

No comments: